Dunia Satwa

 


Seekor Anjing Betina Memberi Pesan Kepada Umat Manusia

 

Oleh saudari inisiat Peng, Paris, Perancis (Asal dalam bahasa Perancis)

Manusia harus belajar bahasa kasih yang mendasar yang dipergunakan oleh semua spesies di Bumi agar dapat mengerti serta menghargai kecerdasan dan rasa welas asih yang dimiliki binatang bagi semua makhluk, termasuk manusia! Inilah pesan yang disampaikan kepada umat manusia melalui sebuah buku yang sangat istimewa yang berjudul “Cet Autre Langage” (”Bahasa yang Lain”) yang diterbitkan di Perancis pada tahun 2006. Buku ini sesungguhnya dikarang oleh seekor anjing betina bernama Kheops, dan diterjemahkan ke dalam bahasa manusia oleh pengadopsinya, Nyonya Pascale Dozite.

Sebuah buku yang sangat istimewa berjudul “Cet Autre Langage/Bahasa yang Lain” dikarang oleh seekor anjing betina bernama Kheops

Kheops adalah salah satu dari banyak binatang yang memiliki banyak hal untuk mereka ajarkan kepada manusia. Ia memilih untuk berbicara kepada manusia melalui telepati, kemudian kata-katanya diterjemahkan ke dalam bahasa manusia. Oleh karenanya, yang membuat buku tersebut berbeda daripada yang lain, bukan hanya komunikasi telepati antara Kheops dan Pascale Dozite, namun juga hubungan yang tidak biasa antara penutur dengan pembaca. Ini bukanlah semata-mata buku tentang binatang, namun buku tentang manusia dan tingkah laku manusia yang dicerminkan dan dikomentari oleh “ bangsa binatang”, dengan meminjam kata-kata Kheops.

Daripada memainkan peranan pasif dalam memproduksi buku tentang binatang, Kheops memberitahu dengan jelas kepada rekan kerjanya bahwa dia ingin menulisnya sendiri. “Apa yang dimaksudkannya adalah bahwa bantuan saya akan terbatas pada penerjemahkan kata-katanya dan menuliskannya," kata Pascale Dozite. Nyonya Dozite memainkan peran sekretaris: Sementara “sang narator” Kheops “ berbaring meringkuk di atas bantal, jari-jari saya siap untuk terbang di atas keyboard.”

Dari Kheops, kita mempelajari bahwa menurut sudut pandang binatang, manusia amat sombong, dengan keinginan dan ambisi yang kuat untuk memegang kendali. “Dengan kesombongannya yang luar biasa dan keinginannya untuk mengendalikan segala sesuatu, manusia menghendaki hewan untuk secara total meninggalkan hal yg paling berharga di dalam diri mereka: kebebasan.” “Saya tidak berbicara tentang kebebasan untuk bergerak,” Kheops menekankan, “namun kebebasan untuk menjadi sesuatu.”

Kheops menekankan pentingnya bahasa mendasar yang telah dilupakan manusia tentang bagaimana cara mempergunakannya. “Manusia menganggap bahwa berbicara adalah alat yang paling baik untuk berkomunikasi. Makhluk-makhluk hidup yang tidak dapat bertutur kata secara fisik, disisihkan dari lingkup pergaulan mereka. Namun terdapat suatu bahasa yang jauh lebih hebat, dimana tidak ada alat yang sehebat apapun yang pernah bisa  mendefinisikan batasannya: yakni bahasa hati. Bahasa ini tidak memerlukan kata-kata. Dan perasaanlah yang menyampaikan bahasa berharga ini.”

Kheops mencatat bahwa di antara seluruh spesies yang hidup bersama di Bumi, “hanya manusia yang telah mengembangkan cukup keangkuhan dan berdalih untuk mencegah akses ke dalam bahasa ini. Sementara mencari cara untuk mendominasi dunia, untuk menguasai, dan memperbudak segala sesuatu di luar dirinya, manusia masih belum bisa mempergunakan energi vitalnya untuk berkomunikasi.”

Dengan kehilangan bahasa ini, “Anda telah membunuh kemampuan dalam diri Anda untuk mendengarkan. Anda menciptakan keributan yang merusak diri Anda untuk mengisi kekosongan dan menyebabkan kesedihan mendalam di dalam diri Anda sendiri. Anda telah menempatkan hasrat tersebut untuk menjauhkan diri dari hati Anda sendiri, sehingga sekarang, bayangan Anda sendirilah yang memberi Anda ketakutan. Anda menyebarkan ketakutan yang sama di sekitar diri Anda, sehingga Anda kekurangan cinta dan rasa welas asih di dalam diri Anda sendiri.”

Manusia telah membuat binatang sangat menderita melalui industri pembunuhan massal, peternakan, percobaan laboratorium, pembedahan, dan penganiayaan, sebenarnya banyak ‘bangsa binatang’ yang memiliki tingkat kesadaran yang lebih maju daripada manusia. Secara khusus, ‘bangsa binatang’ prihatin terhadap evolusi manusia, lebih dari apa yang dapat Anda bayangkan.” Pada zaman dahulu kala, manusia dan binatang hidup dalam damai. “Hanya kasih dan rasa welas asih yang memotivasi segala sesuatu, dan kita semua berpartisipasi dalam evolusi dari apapun yang ada di planet ini.” Namun manusia memutuskan untuk mengambil jalan lain dan memperlakukan rekan-rekan habitat mereka dengan kejam, dan oleh karena itu para binatang telah mengembangkan kemarahan dan rasa kasihan yang lebih besar terhadap manusia. ‘Bangsa binatang’ ini merasakan kepedihan karena “manusialah yang memerlukan rasa welas asih.”

Kheops mendesak manusia “untuk membuka hati” dan untuk “berani melihat kami dengan cara berbeda dan meminta kami untuk membantu.” Manusia telah mengabaikan apa sesungguhnya bangsa binatang itu, dan untuk kepentingan manusia sendiri untuk berhenti membenci, mengkonsumsi, menghina, dan melecehkan binatang. “Meskipun kalian telah membuat kami menderita, serta merusak Bumi yang merupakan rumah kita bersama, akan tetapi kami siap membantu kalian memperbaiki apa yang telah kalian rusak, baik di dalam maupun di sekitar kalian.” “Kami akan mengajari kalian bahasa kasih.” “Akankah kalian menerima bantuan kami?” tanya Kheops.