Laporan Khusus

 


Sebuah Peristiwa
yang Tak Terlupakan:



Perayaan Tahun Baru Imlek
Tahun Emas 4
dan Retret Internasional

 

 

Laporan Gabungan oleh Grup Berita Amerika Serikat dan Formosa
(Asal dalam bahasa China dan Inggris)

19 Februari – Harapan Tahun Baru

Rekan-rekan inisiat terus berdatangan dari seluruh dunia untuk menghadiri retret internasional 5-hari, yang secara resmi dimulai esok hari pada tanggal 20 Februari. Sebuah tenda yang amat besar dibangun untuk acara retret dan diberi nama Aula Kasih Suci, dan digunakan untuk bermeditasi. Di dalam tenda, pangggung didekorasi dengan tema istana beratap emas milik kaisar China kuno yang dibuat dari kain berwarna cerah dengan garis yang berwarna-warni. Lantai aula ditutup seluruhnya dengan karpet yang nyaman. Puji syukur atas berkah Tuhan dan bakat dari banyak inisiat, keseluruhan Ashram Hsihu telah diubah menjadi sebuah surga yang memancarkan getaran yang penuh kegembiraan dan kedamaian di mana-mana.

Pada malam hari, Guru datang ke aula meditasi dengan mengenakan rompi emas dan baju berwarna emas muda untuk menyambut semua orang dengan harapan Beliau agar Tahun Baru dapat membawa kebahagiaan dan perdamaian dunia. Beliau memberitahu kita untuk tidak menyalahkan orang luar atau apa pun jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, karena segala sesuatunya disebabkan oleh karma beberapa orang dan kolektif karma dunia. Guru juga menasihati kita untuk melepaskan semuanya, seperti pikiran yang menyimpang, bergosip, kekhawatiran, dan hanya berkonsentrasi kepada Tuhan, kepada Buddha dan meditasi, sehingga kita dapat berhasil dalam kemajuan rohani. Lalu Beliau bermeditasi bersama dengan kami beberapa saat.

Tanggal 20 Februari – Retret Dimulai

Sesi meditasi pertama dimulai pada pukul 4 pagi. Ada empat sesi meditasi, masing-masing berlangsung selama tiga jam setiap harinya. Selain itu ada banyak inisiat yang bermeditasi sepanjang malam selama retret.

Pada dini hari, Guru datang ke Aula Kasih Suci dan memimpin rekan-rekan inisiat yang telah bermeditasi sepanjang malam untuk melafalkan Nama-Nama Suci dan bermeditasi dengan kami.

Pada pagi hari, kami berbaris di kedua sisi jalan di luar Center untuk menghantar para tamu Guru meninggalkan lokasi. Beberapa inisiat mengenakan busana tradisional Au Lac yang berwarna warni, memegang bunga segar dan bendera Filipina. Ketika mobil-mobil yang membawa Guru dan para tamu lewat, kami semua menyanyikan lagu Happy New Year, bertepuk tangan, dan dengan hangat memberi lambaian tangan perpisahan. Setelah itu, kami kemudian kembali bermeditasi.

Pada sore hari, Guru datang ke aula meditasi dengan mengenakan pakaian tradisional China berwarna merah jambu dan celana panjang putih untuk menemui para inisiat dari Daratan China dan Formosa. Beliau bercerita tentang seorang pelajar muda miskin yang mudah puas dan rendah hati yang kemudian diberkahi dengan kekayaan dan seorang istri cantik. Cerita tersebut mengingatkan kita bahwa kita harus menjadi orang baik dan tidak perlu khawatir atau meminta lebih banyak harta. Apa pun milik kita akan datang kepada kita secara alami. Kita akan mendapat lebih banyak pahala jika kita menolong orang lain tanpa mengharapkan pahala itu. Dan jika kita menemukan kejadian yang tidak diinginkan, itu semua disebabkan oleh karma. Karena kita gigih dalam berlatih rohani, maka secara perlahan-lahan kita akan menjadi lebih sabar, lebih toleransi, dan pikiran kita akan berubah juga. Akan lebih mudah bagi kita untuk menerima apa pun yang terjadi, dan jika saatnya tiba maka segala sesuatu akan terselesaikan dan membaik.

Pada malam hari, Guru datang kembali ke aula meditasi, kali ini Beliau berpakaian tradisional China berwarna merah dengan syal berwarna putih. Beliau menceritakan dongeng sebelum tidur tentang seseorang yang menjadi kaya dengan menyelamatkan seekor penyu. Jadi, kita seharusnya menyelamatkan lebih banyak penyu (yang berarti hewan) dengan cara tidak menyantap mereka. Orang yang disebut dalam cerita itu mewakili seseorang yang telah bertobat sehingga kemurahan hati Surga tidak hanya memaafkannya, tetapi juga memberinya anugerah yang besar dan kesempatan untuk menjadi seorang pangeran dalam istana. Keadaan kita sama seperti itu. Sebelumnya, kita telah melakukan banyak kesalahan dengan mengonsumsi daging dan minum alkohol. Akan tetapi, begitu kita berada pada jalur yang benar, maka kita menjadi makhluk surgawi, walaupun kita masih berada di Bumi.

Tanggal 21 Februari : Dampak dari Kupu-kupu

Ketika datang menjumpai kami pada sore hari, Guru berkata, “Penelitian dari para ilmuwan telah membuktikan bahwa bahkan kepakan sayap kupu-kupu memberi dampak pada seluruh atmosfer planet. Bisakah kalian bayangkan dampak dari kepakan mulut dan pikiran kalian bagi seluruh atmosfer manusia? Itulah sebabnya saya selalu mengatakan kepada kalian bahwa kalian harus suci dalam tindakan, ucapan, dan pikiran. Jika kalian sudah mengetahui bahwa itu adalah salah dan kalian masih melakukannya, maka itu bahkan lebih buruk.”

Pada malam hari, Guru datang ke aula meditasi untuk menjumpai para inisiat Au Lac dan menceritakan kepada kami tentang kisah kuno dari Au Lac.

Tanggal 22 Februari: Perayaan Peringatan
Hari Ching Hai ke-13

Di pagi hari, Guru bermeditasi dengan kami dan menginstruksikan semuanya untuk melakukan meditasi suara bersama.

Pada sore hari, Guru datang ke Aula Kasih Suci untuk menjumpai para inisiat dari Barat. Dalam komentar awal Beliau, Guru sangat memuji pekerjaan yang telah dilakukan oleh tim konstruksi dalam memasang tenda meditasi yang sangat sederhana dan agung ini dengan bagus, Aula Kasih Suci. Kemudian Guru menceritakan kisah tentang sejumlah hewan ternak yang kabur karena mereka takut dibunuh untuk pesta makan malam di hari Natal. Beliau berharap agar suatu hari nanti, para hewan tidak perlu lagi melarikan diri dari kita karena ketakutan dan sebaliknya akan merasakan persahabatan dan kasih dari manusia.

Guru juga berkata bahwa hewan-hewan sangatlah pintar dan mengerti segala sesuatu yang dikatakan manusia, hanya saja manusia tidak bisa memahami mereka. Karena itu, Guru mengatakan bahwa sangatlah mengerikan karena manusia membunuh para sahabat hewan yang cantik, yang tidak membahayakan, dan yang tidak berdosa ini, hanya untuk menyantap mereka satu demi satu. Guru berharap agar suatu hari manusia bisa sadar untuk mengetahui bahwa para hewan dan kita adalah setara, kita hanya berbeda bentuk saja. Seandainya kita hidup bersama dengan makhluk raksasa lainnya dan mereka membunuh kita setiap saat untuk menyantap kita satu per satu, maka kita akan merasa tidak berdaya, sengsara, sedih, dan ketakutan. Bagaimana dunia bisa terus seperti ini dimana kita membuat diri kita sendiri menjadi sejenis makhluk yang begitu kejam dan menakutkan? Setiap orang harus memikirkan kembali program hidup mereka dan menjalankan hidup yang terhormat. Jika tidak ada lagi pembunuhan, maka planet ini akan menjadi sebuah surga.

Pada malam hari, Guru muncul dan bergabung dengan kami untuk perayaan. Tayangan video singkat tentang sejarah Hari Maha Guru Ching Hai dipertunjukkan. Diikuti dengan berbagai pertunjukan artistik yang luar biasa dan menggembirakan yang disajikan oleh para inisiat berbakat dari berbagai negara seperti pertunjukan menyanyi, menari, pertunjukan sulap, dan permainan alat musik. Mereka sangat kreatif, spiritual, dan profesional sehingga kami semua sangat terinspirasi dan terkesan. Guru juga memuji mutu dari acara tersebut.


Tanggal 23 Februari – Bersyukurlah atas Pengaturan yang Terbaik dari Tuhan

Pada sore hari, Guru bercerita tentang seorang raja dari Irak yang memohon seorang anak laki-laki kepada Tuhan, namun Tuhan tidak ingin mengabulkannya karena hal itu akan membuat sang raja lebih menderita. Guru menjelaskan bahwa apa saja yang datang secara alami dan mudah, berarti itu adalah nasib kita untuk mendapatkannya, jika tidak, kita mungkin bisa mendapatkan masalah dalam jangka panjang. Apa pun yang kita miliki, kita harus berbahagia.

Pada malam hari, kami menikmati daging bakar vegetarian yang lezat bersama Guru. Gelak tawa terdengar di mana-mana. Guru mengundang para saudara dan saudari berkulit cokelat untuk duduk bersama dengan Beliau. Mereka berbincang dengan bahagia, bernyanyi, membuat lelucon, dan makan bersama. Sebelum berpamitan pada malam hari, Beliau mengingatkan kita agar memastikan diri untuk bermeditasi sebelum tidur.

Tanggal 24 Februari – Mengucapkan Selamat Jalan yang Diiringi Kasih
dan Berkah Guru

Beberapa saat setelah sesi meditasi pagi dimulai, Guru datang ke Aula Kasih Suci dengan gaun berwarna putih. Karena merasa senang atas meditasi yang dilakukan dengan rajin oleh para inisiat, Guru dengan senang hati memberi hadiah sebuah puisi indah karangan Guru zaman dahulu, Jelauddin Rumi kepada kita, “Sepanjang Malam Tuhan Memanggil Kita”. Dalam puisi ini, Guru Rumi mendorong dan mendesak para pengikut Beliau untuk bermeditasi sepanjang malam demi kemajuan rohani yang lebih pesat:

Jangan tidur, walau hanya satu malam saja,
Sahabatku yang cantik,
Dan harta Keabadian akan muncul di hadapanmu.
Matahari yang tak nampak akan menghangatkanmu sepanjang malam;
Obat pembasuh mata yang misterius akan membuka matamu.
Malam ini saya memohon padamu,
bertarunglah melawan dirimu sendiri,
Jangan tidur.
Agar engkau bisa menemukan kesemarakan yang menebar kebahagiaan.
Di malam harilah keindahan menampakkan diri;
Mereka yang tidur tidak pernah mendengarkan panggilan yang lembut itu.
Bukankah pada malam hari
Musa melihat semak yang terbakar
dan mendengar khotbah yang menakjubkan datang mendekat?

Di malam harilah
ia berkelana begitu jauh
hingga ia bisa melihat semak-semak yang berada
dalam cahaya kemuliaan
Siang hari adalah waktu untuk mencari nafkah,
malam hari adalah waktu untuk kasih
Agar mata yang iri
tidak bisa memata-matai engkau.
Seisi dunia yang lainnya mungkin tidur;
tetapi para kekasih sejati
Sepanjang malam
berbicara dengan Tuhan secara batiniah…
Sepanjang malam Tuhan memanggil kita,
”Bangunlah, gunakanlah waktu ini dengan mewah, wahai engkau
si miskin!
Jika tidak, engkau akan menyesal
Saat Jiwamu terpisah
dari tubuhmu.”

(Ajaran Rumi, Shambhala Publications, Inc.,
Boston, Mass., AS 1999; http://www.shambhala.com)

Guru menjelaskan tentang puisi tersebut, kalimat demi kalimat, berdasarkan pengalaman pribadi Beliau. Beliau juga mengatakan kepada kami bahwa meditasi sepanjang malam sesungguhnya sangat menguntungkan. “Bangunlah, gunakanlah waktu ini dengan mewah, wahai engkau si miskin! Jika tidak, engkau akan menyesal ketika Jiwamu terpisah dari tubuhmu.” Guru mengatakan bahwa Rumi mengatakan kebenaran sesungguhnya. Banyak orang yang mengalami hal ini setelah meninggal. Mereka merasa sangat menyesal karena mereka masih berada di tingkat yang lebih rendah, menyaksikan yang lainnya berlalu dengan cepat, terbang ke dimensi yang lebih tinggi dan menyesal bahwa mereka telah menyia-nyiakan waktu mereka di planet ini untuk tujuan yang tidak berguna.

Rumi adalah seorang Muslim, tetapi dia menyebut nama Musa. Pada zaman dahulu, semua Guru mengetahui bahwa semua agama menuju pada tujuan yang sama. Jadi, Rumi tidak mendiskriminasikan agama lainnya.

Guru mengatakan bahwa kita bisa membaca puisi ini setiap malam, mengingatkan diri sendiri agar lebih rajin.

Kemudian Guru menceritakan kepada kami dua lelucon yang bagus, menjelaskan bahwa kita benar-benar harus mengasihi musuh kita, yang sering kembali kepada kita sebagai istri, suami, anak laki-laki, dan anak perempuan. Itulah caranya agar kita harus mengasihi musuh kita. Jadi, kita bisa melakukannya sekarang atau melakukannya di kemudian hari, melakukan dengan sukarela atau atas perintah hukum karma.

Pada sore hari, Guru datang ke Aula Kasih Suci dengan mengenakan jubah berwarna biru muda dengan kerah dan garis hiasan putih yang terlihat anggun dan agung. Beliau datang untuk mengakhiri retret. Beliau menceritakan beberapa cerita, salah satunya adalah tentang seorang raja Muslim yang suci yang mendapatkan nafkah dengan menyalin buku rohani dengan tangannya sendiri, dan pengalaman pelayannya yang beruntung dalam perjalanan pulang ke rumah dengan membawa sedikit uang yang sangat bersih yang diberikan oleh raja itu kepadanya.

Akhirnya, Guru mengucapkan selamat jalan kepada setiap orang dalam perjalanan mereka pulang ke rumah dengan membawa serta kasih Guru. Beberapa inisiat berkemas saat itu juga dan pulang ke rumah dengan dipenuhi oleh berkah Tuhan. Yang lainnya tinggal di Center lebih lama untuk melanjutkan meditasi dan kebersamaan dengan Guru.

Segera setelah retret berakhir, sekitar pukul enam sore, di bawah langit malam yang indah diterangi oleh cahaya bulan dan bintang, Guru menjamu para anggota tim kerja di alun-alun depan Paviliun Harta Karun. Setelah menjamu para inisiat dengan permen, biskuit, minuman, dan makanan berkah lainnya, Guru mengatakan kepada kami bahwa Beliau sangat mengerti dan menghargai hasil kerja yang telah kami lakukan secara diam- diam untuk retret tersebut. Kata-kata Beliau yang lembut menyentuh hati semua inisiat yang hadir.

Guru lalu mengingatkan kita bahwa ini adalah tempat yang sama dimana Guru membuat lukisan Beliau yang bersejarah, “Hsihu Sunset (Matahari Terbenam di Hsihu)”. Guru mengatakan bahwa tidak ada pemandangan yang istimewa di Center Hsihu – tidak banyak pohon di sekeliling dan juga tidak ada rel kereta berkecepatan tinggi di sekitar sini. Setelah beberapa tahun, melalui upaya Guru bersama para siswa, Center Hsihu sekarang sudah menjadi sebuah “Gunung Suci” yang indah! Guru memberi ucapan selamat kepada kita bahwa latihan rohani kita yang rajin sungguh membuat segala sesuatu menjadi lebih baik. Beliau juga menceritakan beberapa cerita yang berhubungan dengan latihan rohani, dan menyampaikan impian Beliau bahwa dunia kita akan menjadi semakin baik, seperti zaman Kaisar Bijaksana Yao dan Shun, dimana orang tidak mengambil barang hilang apa pun di jalan, dan tidak perlu menutup pintu rumah mereka pada malam hari.

Pada malam hari, para inisiat yang masih tinggal, menikmati pesta barbeque dan pesta minum teh bersama Guru. Guru dan para inisiat menyanyikan lagu demi lagu sepanjang malam dan menikmatinya.

Begitu pesta berakhir, hujan deras mengguyur sepanjang malam, seakan-akan membersihkan segala sesuatu yang ada di dunia ini.

Tanggal 25 Februari – Hadiah Tahun Baru untuk Anak Anak dan Para Tamu

Ini adalah hari Minggu pertama di Tahun Baru Imlek. Banyak rekan sepelatihan membawa kerabat dan teman-teman mereka untuk menemui Guru. Pada sore hari, para inisiat dan tamu duduk bersama di Aula Kasih Suci. Guru datang dan mengucapkan Selamat Tahun Baru yang sukses dan makmur kepada semua orang. Guru berkata bahwa, demi perdamaian dunia dan demi kebahagiaan kita sendiri, selain mengurus kewajiban dunia, kita harus bermeditasi kapan saja kita mempunyai waktu sehingga setelah meninggalkan dunia, kita bisa pergi ke Surga.

Di samping hal-hal duniawi, kita juga harus mengurus hal-hal besar setelah meningggalkan dunia ini seperti mengetahui ke mana roh kita pergi setelah meninggal dunia. Ketika hidup, jika kita berbuat baik, bersikap baik, menjaga sila, menghindar dari mencelakai orang lain, maka kita tidak perlu terlalu khawatir tentang hal-hal yang akan menimpa kita setelah kematian. Walaupun kita tidak meninggalkan banyak harta, pahala yang kita miliki lebih baik daripada harta dan uang.

Kehidupan setelah kematian tidak bisa disuap dengan uang atau ditukar dengan kedudukan. Kita harus mendapatkan lebih banyak pahala rohani dan menghindari tindakan menyakiti hewan, semakin sedikit semakin baik, dan sebaiknya berpola makan vegetarian, semakin banyak semakin baik. Dengan hati yang penuh kasih menolong hewan untuk hidup lebih lama, kita juga akan hidup lebih lama. Karena apa pun kebajikan yang kita perbuat, akan kembali kepada kita dengan berlipat ganda.

Setelah itu, Guru menceritakan kepada kami kisah tentang seorang pelajar dari sebuah keluarga yang hidup miskin selama beberapa generasi. Pelajar itu hendak mengadu kepada Tuhan. Dalam perjalanannya mencari Tuhan ke sebuah pulau, dia menjumpai seorang pria kaya dan seorang petani yang dengan baik hati mengizinkannya untuk tinggal beberapa malam, beserta seekor kura-kura yang membawanya menyeberangi sungai. Mereka masing-masing mempercayakan dia untuk menanyakan sesuatu kepada Tuhan. Pada akhirnya, saat pelajar tersebut telah selesai menanyakan semua pertanyaan atas nama pihak lain kepada Tuhan, Tuhan pergi, dan dia tidak berkesempatan untuk bertanya tentang masalahnya sendiri. Meskipun demikian, nasib pelajar ini berubah sama sekali. Terutama jika kita mengutamakan kepentingan orang lain, Tuhan pasti akan mengurus diri kita.

Setelah bercerita, Guru membagikan hadiah Tahun Baru, termasuk boneka anak babi yang berwarna-warni, bola, mainan, dll. kepada semua anak-anak di sana. Suasana yang gembira menerangi kenangan indah dari hari-hari yang penuh Kebahagiaan ini yang kami lalui bersama Guru!