Seni dan Spritualitas
 

 

Panggung Sandiwara, Sebuah Perjalanan yang Memberi Inspirasi

 

Oleh saudari-inisiat Thien Chau, Paris, Perancis (Asal dalam bahasa Inggris)

Beberapa tahun yang lalu setelah inisiasi, Guru menjawab pertanyaan dari para inisiat baru. Ia mengatakan bahwa keberadaan kita di dunia ini seperti sebuah panggung sandiwara. Hal ini membingungkan saya karena saya tidak mengerti pada saat itu alasan keberadaan kita di muka Bumi. Oleh sebab itu, saya bertanya kepada Guru apakah yang kemudian kita lakukan ketika itu berakhir. Tentu saja jawaban-Nya adalah, “Kita Pulang begitu saja.” Ia melihat ke arah saya dengan sedikit mengedipkan mata, “Anda ingin Pulang, bukan?” “Ya,” ucap saya,   kemudian ingat bahwa pekerjaan saya di dunia panggung sandiwara. Bagaimana mungkin saya gagal untuk memahami hal itu? Ketika kami selesai bermain sandiwara, tirai diturunkan dan para penonton pulang, kami menghapus riasan dan menanggalkan kostum, meninggalkan karakter yang baru saja kita mainkan, lalu pulang. 

Pernyataan Guru menohok inti dari pertanyaan-pertanyaan yang biasa kita tanyakan: “Siapakah saya?” “Mengapa saya berada di sini?” “Ke mana saya pergi?” dan sebagainya. Karena tentunya membutuhkan sedapat mungkin pengambilan jarak dari dunia untuk menerima kenyataan bahwa hidup kita di bumi sebagai sebuah perjalanan belaka. Bagi orang-orang yang tidak berlatih Metode Quan Yin dengan seorang Guru sejati seperti Maha Guru Ching Hai, hal pertama yang mereka temukan adalah betapa hidup membuat frustasi. Dalam literatur Barat, persoalan kehidupan sebagai suatu siklus berulang yang abadi merupakan hal yang tidak lazim. Beberapa pengarang, contohnya seperti Albert Camus yang mencoba untuk melepaskan diri dari persoalan tersebut, tidak berhasil. Ia hanya dapat menyimpulkan akan ketidaklogisan hidup. Namun, yang melewati batasan demikian hanya untuk jiwa-jiwa yang tercerahkan. Tetapi, ketika kita hidup di Bumi, kita dapat membuat hidup seperti permainan; mengubahnya menjadi perjalanan yang menarik. “Kita di sini untuk belajar; belajar untuk tumbuh sekaligus belajar untuk menggunakan kekuatan kita, kekuatan cinta kasih dan kreativitas kita yang tidak terbatas, untuk membuat dunia yang lebih baik dimanapun kita berada,” seperti yang telah Guru nyatakan. 

Teater biasanya dianggap sebagai ilusi belaka. Namun, bagi para pemain sandiwara, teater merupakan seni tentang mengambil jarak, karena ia dapat menghibur dan menolong orang-orang melarikan diri sejenak dari beban hidup materialistis. Teater juga membantu menguatkan pandangan yang konstruktif tentang takdir manusia di Bumi. Dalam praktek kontemporer di barat, dengan gerakannya untuk meningkatkan kesadaran akan tingkah laku manusia, ada juga suatu penyelidikan berkelanjutan mengenai emosi-emosi estetis yang digunakan di tempat umum. Dalam tradisi bangsa Asia, nilai-nilai estetika biasanya dipahami sebagai inspirasi Ilahi, melalui perantara para pemain sandiwara. Dan masyarakat umum akan menikmati saat merasakan sentilan-sentilan halus dari pertunjukan tersebut. 

Saya bayangkan bahwa seorang Guru Ilahi seperti Guru kita, yang telah turun ke tingkat fisik untuk belajar dan memahami umat manusia supaya Ia dapat mengangkatnya, harus menjalani panggung sandiwara manusia. Saya mengamati cara Ia mengambil secara alami tingkah laku dan sikap dari setiap budaya dimana Ia berhubungan. Dengan mengkaitkan pada mentalitas orang-orang, Ia menunjukkan penghormatan atas adat-istiadat dan tradisi serta memperkenankan orang-orang untuk merasa percaya diri sehingga mereka dapat membuka hati mereka pada berkah Tuhan. 

Seorang aktor dapat memainkan amat banyak peran, sesuai dengan kapasitasnya dalam menyerap realita dunia dan mewujudkannya ke dalam panggung sandiwara. Guru harus melakukan semua peran yang mungkin untuk merangkul umat manusia. Dengan melakukan itu, Ia dapat menuntun manusia menuju rencana semesta. Yaitu, untuk menolong dunia mencapai kesadaran dan kesatuan universal di planet ini, dengan demikian menggerakkan umat manusia menuju keseimbangan dan kedamaian. Itulah hadiah terbesar yang dapat diberikan seseorang kepada umat manusia. Saya hanya dapat mengagumi Guru atas sandiwara-Nya. Hal itu memerlukan energi Ilahi untuk menjalankan keahlian dunia yang seperti itu untuk kepentingan alam semesta dan umat manusia.

* Saudari-inisiat Thien Chau adalah seorang aktris profesional dan sutradara teater.