Perang yang Tanpa Perasaan
Diceritakan oleh Maha Guru Ching Hai, 31 Desember 2006, Duisburg, Dusseldorf,
Jerman (Asal dalam
bahasa Inggris)
Dahulu kala ada seorang yogi yang pergi ke istana, lalu dia membaringkan dirinya dan tidur di atas ranjang kerajaan sang raja. Ketika sang raja kembali, dia berkata, “Siapa kamu?!” Dan si yogi berkata, “Saya bukanlah siapa-siapa.” “Lalu mengapa si bukan siapa-siapa tidur di atas ranjang seseorang?” Lalu si yogi itu berkata, “Baiklah, ini adalah sebuah hotel, jadi saya hanya tidur di mana pun yang saya inginkan dan selama yang saya inginkan.” Sang raja berkata, “Tetapi Anda tahu ini adalah istana, bukan sebuah hotel.” “Baiklah,” kata si yogi, “Itu adalah pendapat Anda, tetapi menurut pendapat saya, ini adalah sebuah hotel!” Sang raja berkata, “Bagaimana bisa demikian?” Lalu si yogi berkata, “Sebelum Anda menegaskan bahwa ini adalah ranjang Anda, ranjang ini milik siapa sebelumnya? Tempat ini milik siapa sebelumnya?” Sang raja berkata, “Baiklah, itu adalah milik ayah saya. Ayah saya tidur di sana.” Si yogi berkata, “Oke, lalu sebelum ayah Anda, siapa yang ada di sana? Siapa yang ada di tempat ini?” “Oh, itu adalah kakek saya.” “Lalu sebelum kakek Anda, siapa yang ada di sana?” “Orang lain.” “Dan sebelum orang lain itu, siapa yang ada di sana?” “Beberapa raja yang lain.” Lalu si yogi berkata, “Baiklah, maka ranjang ini bukan hanya milik satu orang. Jika ini bukanlah sebuah hotel, maka disebut apa?” (Guru dan semua orang tertawa) Sekarang, kita semua bertengkar akan hotel yang tidak kekal ini, dan ini sungguh hal yang lucu. Kita semua adalah pelawak tetapi kita tidak tahu bahwa kita adalah pelawak. Khususnya beberapa orang yang bertengkar akan apa yang mereka sebut sebagai sebidang tanah, negara mereka, atau apa yang mereka sebut sebagai perbatasan, kebijakan mereka, atau apa yang mereka sebut sebagai cita-cita sebuah negara, apapun itu. Apapun hal itu, itu tidaklah kekal, khususnya pada waktu sekarang. Bahkan kebanyakan negara yang mempunyai hal-hal seperti pemilihan presiden, setelah empat atau lima tahun, atau maksimum, delapan tahun – Anda bukanlah siapa-siapa lagi. Jadi sudah pasti ini adalah sebuah hotel, kantor dari presiden. Dan sebagai tambahan, hidup ini adalah sebuah hotel. Saya sudah berulang kali memberitahu Anda, dan hal ini “sudah dibuktikan secara ilmiah”. Sebagai contoh, rumah ini: sebelum kita datang ke sini, orang lain sudah berada di sini. Dan lalu kita menyewa tempat dan kita menghiasnya; kita membuatnya sedikit berbeda. Tetapi ini tetaplah rumah yang sama. Dan setelah kita, mungkin orang lain akan datang mendekorasi ulang serta membuat menjadi rumah yang berbeda, tetapi ini tetaplah rumah yang sama. Jadi ini adalah hotel yang lain, hanya sebuah hotel yang berbeda jenisnya. Tetapi dikarenakan hotel sementara dan yang tidak kekal ini, kita saling bertengkar, kita saling membunuh, kita saling menembak! Ini sungguh tidak masuk akal, ya? Anda akan membuat diri Anda terlihat bodoh jika Anda melakukan hal itu, tidakkah Anda berpikir demikian? (Hadirin: Ya). Semua surga sedang melihat ke bawah dan melihat jenis makhluk apa yang menghuni planet ini. Semua orang tentunya sedang menggeleng-gelengkan kepala mereka; semua malaikat pasti merasa sangat aneh. Dan mereka tidak tahu lagi bagaimana melindungi kita, karena setiap orang berdoa untuk membunuh orang lain. Para malaikat hanya berdiri di sana dan dua-duanya sedang berdoa kepada malaikat: “Mohon biarkan saya yang menjadi pemenang perang ini, atau menang atas dia, atau mengambil alih negaranya atau menguasai tambang minyaknya atau tambang berliannya. Saya menginginkan mereka!” Satu orang berdoa kepada malaikat. Dan orang yang satu lagi juga berdoa kepada malaikat: “Mohon lindungi tambang minyak saya dan tambang berlian saya.” Lalu apa yang dapat dilakukan para malaikat? Mungkin mereka akan kembali ke Surga dan berkata kepada Tuhan, “Oh Tuhan, kami menyerah! Anak-anak-Mu gila! Bagaimana kita melindungi orang gila?” Lalu Tuhan juga tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saya sudah menceritakan lelucon ini kepada Anda sebelumnya: Satu orang terus berdoa untuk perdamaian dunia, lalu untuk waktu yang lama hal itu tidak terwujud. Jadi dia menyalahkan Tuhan: “Anda tahu saya telah berdoa kepada Anda begitu lama untuk perdamaian dunia; mengapa belum dikabulkan? Apa yang sedang Anda lakukan?” Jadi Tuhan berkata, “Oh, maafkan saya, saya juga sedang berdoa untuk perdamaian dunia bagi diri saya sendiri!” (Guru dan semua orang tertawa)
|