Tip Spiritual
Ego Memisahkan Kita dari Jati Diri Kita
Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai, Pertemuan Internasional,
6 Desember 2008 (Asal dalam bahasa Inggris)

Kebijaksanaan itu benar-benar penting; sementara ego, harus kita pangkas. Semakin sedikit ego, semakin baik. Sungguh disayangkan karena kita tidak benar-benar membutuhkan ego ini. Sang ‘Aku yang mengetahui segalanya, sang “Aku" yang ahli dalam hal ini dan ahli dalam hal itu – kita tidak butuh semua itu. Karena jika kita tidak memilikinya, maka kita lebih pintar. Kita akan menjadi lebih cerdas, lebih pintar, sungguh.

Satu-satunya alasan mengapa saya bisa melakukan banyak hal dengan baik dan setiap orang menyukainya, mungkin, karena saya punya sedikit atau bahkan tidak memiliki ego sama sekali. Saya senantiasa mengoreksi diri saya sendiri untuk mengawasi apakah ada ego yang muncul. Mungkin yang menjadi penyebab ego kalian tidak lenyap adalah karena kalian tidak memiliki kesempatan untuk bergesekan dengan orang lain, tidak ada yang mengoreksi kalian, tidak ada yang memperbaiki kalian; tidak ada yang memberitahu kalian apa yang salah dengan diri kalian karena kalian tidak melakukan apapun dengan orang lain atau kalian menduduki posisi yang sangat tinggi di dalam masyarakat, misalkan kalian seorang pimpinan atau direktur, manajer, apapun; kalian merupakan orang yang memerintahkan setiap orang apa yang harus dilakukan setiap saat dan tidak ada orang yang berani membantah kalian. Juga, kadang-kadang bahkan sebagai seorang praktisi, kalian tidak memiliki kesempatan untuk dikoreksi oleh siapapun. Tapi jangan tersinggung; pangkaslah ego itu. Ya?

Tidaklah cukup hanya dengan bermeditasi. Kalian harus dihadapkan pada banyak situasi agar bertumbuh. Kalian harus keluar dan juga bereaksi dengan kenyataan agar lebih cerdas. Meditasi juga membantu, tapi jika kalian tidak memiliki kesempatan untuk memolesnya, maka itu tidak berhasil.

Jika ada yang memarahi kalian, atau bahkan salah menuduh kalian, berterima kasihlah pada orang itu. Itu bagus bagi kerendahan hati kalian; dan bahkan jika itu tidak benar, juga bagus bagi diri kalian. Pada saat itu, kalian memeriksa diri kalian lalu kalian tahu seberapa besar ego yang kalian miliki. Jika pada saat itu kalian masih berkata, “Oh, saya orang yang sedemikian baik, mengapa dia berkata begini dan begitu?” Dan kalian mengeluh sepanjang hari, lalu kalian mulai membenci orang itu, maka hal itu tetap saja tidak baik. Bagaimanapun, jika seseorang memperbaiki kalian dengan cara apapun, itu sangat bagus bagi diri kalian. Kalian belajar dari kesalahan itu, dan menjadi semakin baik.

Tidak ada orang yang buruk, hanya ego yang buruk. Sesungguhnya ego adalah musuh terburuk bagi setiap orang. Banyak orang suka menyimpannya, itulah masalahnya. Jika kalian terlalu banyak mendengarkan ego ini, kalian melupakan Diri agung kalian, kecerdasan Diri kalian, kebijaksanaan Diri kalian. Itulah satu-satunya masalah. Sungguh kasihan jika kalian terus mendengarkan ego itu, seperti kalian tahu terlalu banyak dan semua itu. Maka kalian tidak mengetahui Jati Diri kalian. Yang menjadi masalah utama adalah ego memisahkan kita dari Jati Diri kita, yang benar-benar mengetahui segalanya. Jika kita mengira bahwa kita mengetahui segalanya tentang dunia ini, maka kita tidak mengenali Jati Diri kita sendiri. Itulah masalah terbesar tentang ego.

Ego adalah musuh terbesar. Kadang kala ego bahkan menghancurkan pernikahan, menghancurkan hubungan percintaan, menghancurkan persahabatan, menghancurkan kasih antara ibu dan putranya, atau ayah dan putrinya, karena ego senantiasa menyebabkan konflik – tidak ingin melakukan apapun yang menyenangkan bagi ibu atau ayah atau menyenangkan pasangan, hanya ingin melakukan hal yang menyebabkan masalah. Hari demi hari seperti ini, jika seorang pasangan selalu menyebabkan masalah, maka tentu saja hubungan pun putus. Kalian tidak bisa mengingat apapun kecuali hal buruk dari satu sama lain–cendera mata yang buruk, kejadian buruk, peristiwa buruk, hasil buruk – dan segala sesuatu tak pernah baik. Jadi, tentu saja hubungan itu tidak bisa langgeng dengan cara seperti ini, pernikahan tidak bisa berlanjut.

Ini hanya merupakan hal-hal fisik. Berbicara mengenai tingkatan spiritual, tentu saja kalian bahkan jauh dari Diri kalian. Jika kalian agak melekat pada pengetahuan duniawi, bahkan jika kalian tidak cukup banyak mengetahui namun kalian mengira kalian banyak mengetahui, dan kalian melekat pada hal tersebut, maka kalian tidak mengenali Jati Diri kalian. Misalnya, jika memiliki sesuatu di depan kalian, walau hanya sebuah tirai tipis, kalian tidak bisa melihat diri kalian di cermin. Tapi jika tirai tipis itu jatuh, maka kalian bisa melihat diri kalian dengan jelas. Inilah masalah ego. Yang menghalangi orang-orang; yang menghalangi Jati Diri kalian dan hal lain yang datang di dekat kalian. Lalu membuat segalanya rusak atau hancur atau menyimpang; bukan hal yang nyata lagi.

Sungguh disayangkan. Ego bukanlah hal yang harus kita pertahankan. Itu merupakan musuh kita. Sedikit pengetahuan yang kita sangka kita ketahui – itu bukanlah pengetahuan sejati kita. Ego sangatlah sulit untuk dibuang, sangat, sangat sulit; dan menghancurkan banyak hal di dunia ini. Menyebabkan perang. Menyebabkan permusuhan dan kebencian, dan menghancurkan banyak negara. Orang yang tidak memiliki ego tidak pernah ingin berperang dengan siapapun karena mereka bisa melihat betapa tidak bergunanya hal-hal tersebut. Jadi, ego adalah musuh terburuk bagi siapapun di dunia ini.

Hewan-hewan, mereka tidak punya ego. Anjing-anjing sejati, misalnya, tidak memiliki ego sama sekali. Mereka sangat murni, itulah sebabnya mereka bisa mengasihi kita setiap saat. Bahkan jika kita memarahi mereka, mereka segera datang sambil mengibaskan ekor, saat kita datang dan mengasihi mereka. Mereka tidak pernah menyimpan kebencian apapun di dalam hati walau hanya sedetik. Kalian bisa melihat hal itu. Jadi jika kalian ingin melihat makhluk tanpa ego, lihatlah pada anjing. Benar-benar seperti itu.

Sebagian besar hewan tidak memiliki ego sama sekali, sampai manusia ikut campur dan merusak sifat dasar mereka. Itulah masalahnya. Kita manusia tidak hanya merusak diri kita dengan sedikit hal yang kita sebut sebagai pengetahuan dunia, tetapi kita juga merusak alam, dan kita juga merusak hewan. Kita memaksa mereka bertingkah tidak karuan. Saya mengamati semua itu dan saya mengetahuinya. Itu adalah kebenaran yang terjadi. Saya tidak hanya berbicara berdasarkan buku-buku –tetapi benar-benar seperti itu.